Jumat, 09 Januari 2009

Ini Aku Teman... (Sebuah perjalanan penuh makna)

Aku masih begitu lelah. MOS di SMP-ku payah, bosen, cuma sibuk ngejailin siswa baru dan capek...

Hah...apa yang musti aku perbuat, hanya bisa diam di rumah mengerjakan sesuatu yang tidak jelas, melamun, menatap radio, atau bercanda dengan adikku yang masih berumur 8 tahun.
"Andi...ke belakang bantu ibu nyuci piring!", ibuku meminta bantuan kepadaku. Namun bagiku, itu adalah paksaan dan teriakan yang memekakkan seisi telingaku. Memancing emosi. Akupun meladeninya dan berubah menjadi anak yang penurut. Meskipun di dalam hati berkecamuk ingin menolak pekerjaan ini. Lagipula, apa yang bisa aku lakukan? Bermain bersama teman-teman di luar? Toh aku juga sudah tak diterima mereka.

Memang, aku tak diterima di lingkunganku. Sejak bapakku punya masalah dengan tetanggaku, aku diasingkan oleh mereka. Suatu bentuk pelampiasan yang keji.

Waktu itu bapakku kedatangan seorang tamu.
"Pak Bintang...Pak Bintang!", suara seorang tetangga memanggil-manggil bapakku.
"Oh, Pak Adi. Ada apa Pak?
Sepertinya penting!? Mau pinjam barang lagi?", tanya bapakku sinis. Memang, pak Adi orang yang terpandang di kampungku. Tetapi, sekali meminjam barang ke bapakku, jarang ia kembalikan. Entah hilang atau dicuri, yang pasti bapakku cukup risih dengan perbuatannya.
"Anu Pak, punya cangkul? Saya mau membuat sumur. Tapi kekurangan cangkul. Itu lho, cangkul yang biasa Bapak bawa ke pematang...", jawab pak Adi kepada bapakku.
"Lho, ke tetangga yang lain tidak ada?!"


to be continue...




by: Bagus Aji Setyawan

0 komentar:


Free Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Bridal Dresses. Powered by Blogger