Minggu, 24 Mei 2009

d'amazing Ngawi

Ngawi, sebuah kota kecil di Jawa Timur, sebenarnya memiliki kekayaan dan sumber daya manusia yang tak kalah bagusnya dibanding kota-kota besar lainnya di Indonesia.




Ngawi terletak diperbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, tepat berada di jalur strategis segi empat yang menghubungkan Jakarta, Bandung - Solo, Jogja, Semarang - Madiun – Tuban, Bojonegoro – Surabaya, Malang. Terletak di jalur ini, menyebabkan Ngawi sebagai salah satu jalur transportasi padat di Jawa Timur. Dari hal itu pula lah berkembang berbagai bisnis yang menjanjikan di Ngawi, mulai dari restoran-restoran skala besar, hotel, penginapan, komunikasi, transportasi, perdagangan, pertanian, dll.



Ngawi juga memiliki kawasan hutan yang sangat luas, baik hutan jati yang membentang di kawasan kecamatan Mantingan; Widodaren; Kedunggalar; Karangjati; Karanganyar; Paron; dan Pitu maupun hutan Pinus yang membentang di lereng gunung Lawu seperti kecamatan Kendal, Jogorogo, Ngrambe, dan Sine. Hasil produksi hutan Jati dan Pinus ini mampu menyumbang PAD Ngawi secara cukup signifikan.



Selain itu, luasnya hutan jati juga mampu member penghidupan bagi warga Ngawi di sekitar kawasan hutan. Berkembanglah industri-industri meubel rumahan yang mengolah kayu jati asli menjadi berbagai perabotan rumah seperti meja; kursi; lemari; hingga produk-produk perkakas dapur dan kerajinan seni. Bila Anda melewati jalur Ngawi-Mantingan, akan Anda jumpai kawasan galeri seni yang memamerkan berbagai hasil olahan kayu jati yang diubah menjadi kerajinan-kerajinan yang mengandung nilai artistik. Galeri seni ini terdapat di hutan wisata Banjarjo, kecamatan Kedunggalar. Selain itu juga terdapat di kawasan peristirahatan Taman Monumen Soerjo.



Tak hanya hutan jati dan pinus, Ngawi juga memiliki kekayaan alam yang lain. Yaitu kawasan perkebunan Teh yang terletak di kecamatan Jogorogo, Ngrambe, dan Sine. Kawasan perkebunan teh ini dahulunya merupakan perkebunan peninggalan jaman Belanda. Namun baru dioptimalkan sebagai kawasan industri dan pariwisata semenjak tahun 2000-an. Salah satu kawasan perkebunan teh yang terkenal adalah kawasan perkebunan teh Jamus. Jamus terletak di kecamatan Ngrambe, sekitar 40 km dari kota Ngawi. Selain menyuguhkan keindahan panorama kebun teh, Jamus juga menawarkan kolam renang, pabrik tua pengolahan teh, taman Borobudur, penginapan, dan bumi perkemahan.



Sekali lagi, Ngawi dianugerahi tanah yang amat begitu subur. Selain kawasan hutan dan perkebunan, Ngawi juga dialiri dua sungai besar di Jawa, sungai Bengawan Solo dan sungai Bengawan Madiun. Berkah kedua sungai ini benar-benar terasa bagi wrga yang berada disekitar aliran kedua sungai tersebut. Dengan dialirinya Ngawi oleh kedua sungai itu, Ngawi menjadi ladang pertanian yang sangat subur. Terlebih didukung dengan jenis tanah di Ngawi yang mungkin telah ditakdirkan subur. Kawasan pertanian padi merupakan kawasan terluas di Ngawi, membentang di hampir di seluruh kecamatan yang ada di dataran rendah seperti Bringin, Padas, Karanganyar, Pitu, Mantingan, Walikukun, Jogorogo, Kwadungan, Paron, Ngawi, Padas, Gerih, Geneng, dan Kedunggalar. Ngawi merupakan lumbung padi terbesar di Jawa Timur. Ngawi berkali-kali meraih swasembada pangan, berkali-kali pula meraih penghargaan baik di tingkat propinsi maupun nasional dalam hal swasembada pangan. Sebuah prestasi yang mungkin sulit dicapai oleh daerah lain.



Tak hanya berkah alam, berbagai kawasan wisata juga banyak ditemui di Ngawi.
Air terjun Srambang, air terjun setinggi ± 80 meter ini terletak di kecamatan Jogorogo. Air terjun ini ramai dikunjungi ketika akhir minggu, baik oleh muda-mudi maupun keluarga. Pengunjung pun tak hanya datang dari Ngawi saja, melainkan juga dari daerah sekitarnya seperti Madiun, Magetan, Bojonegoro, dan Ponorogo. Untuk mencapai kawasan air terjun, pengunjung harus berjalan kaki kurang lebih sekitar 500 meter. Namun, perjalanan itu sungguh tidak membosankan. Sebab dalam perjalanan para pengunjung akan menyusuri sungai kecil yang ber air jernih, kawasan hutan pinus, serta tebing tinggi di setiap sisi kanan kirinya yang berdiri indah. Tak jauh dari air terjun Srambang, atau sekitar 30 menit perjalanan motor, anda bisa mengunjungi perkebunan teh Jamus.



Bagi Anda yang tertarik dengan ilmu arkeologi, wisata semacam itu pun dapat Anda temui di Ngawi. Yaitu museum pra sejarah Trinil. Museum ini terletak di desa Trinil, kecamatan Kedunggalar atau sekitar 30 menit dari kota Ngawi. Museum Trinil terletak dipinggiran sungai Bengawan Solo, tepat berada ditemukannya fosil Manusia Berjalan Tegak pertama kali oleh Eugene Dubois, seorang ilmuwan Belanda. Oleh Eugene Dubois, fosil tersebut ia namakan Phithecantropus Paleo Javanicus yang artinya manusia Jawa yang berjalan tegak. Semenjak ditemukannya fosil Phithecantropus Paleo Javanicus oleh Eugene Dubois, nama Ngawi masuk dalam lembaran sejarah Belanda selain karena disebabkan pendudukan Ngawi oleh Belanda pada tahun 1800-an. Namun sayangnya Anda tidak akan menemukan fosil Phithecantropus Paleo Javanicus di museum ini. Dengan alasan keamanan dan penelitian, fosil tersebut dibawa ke negeri Belanda. Namun pengunjung tak perlu khawatir, sebab fosil-fosil lain terpajang disini, seperti fosil gajah purba,singa purba, kerbau purba, babi, dll.



Selain berbagai kawasan wisata di atas, Ngawi juga memiliki kawasan wisata buatan yang lain seperti Waduk Sangiran, Waduk Pondok, dan Pemandian Tawun. Waduk sangiran dan waduk pondok kurang lebih identik, sebuah bendungan yang sengaja dibangun untuk keperluan pengairan persawahan. Di kedua waduk tersebut Anda dapat menikmati mendayung dengan perahu kecil, memancing, atau sekedar beristirahat di gazebu-gazebu yang sengaja dibuat di sekitar Waduk. Pemandian Tawun terletak kurang lebih 10 km dari kota Ngawi. Sebelumnya pemandian Tawun merupakan sebuah sendang yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk melakukan ritual kedesaan. Namun karena terdapat sumber air yang mengalir terus-menerus, maka dibuatlah pemandian itu. Di pemandian Tawun sendiri terdapat kolam renang, baik kolam renang dewasa yang berstandar nasional maupun kolam renang untuk anak kecil. Selain kitu terdapat pula gazebu-gazebu, kolam Bulus (kura-kura sungai), kolam ikan, hotel, sendang dan play ground. Sendang tawun merupakan sendang yang unik. Sering dilakukan penelusuran di sumber air sendang itu untuk mngetahui dimana pangkal sumber air itu berada. Namun sampai sekarang belum ada yang berhasil menemukan ujung dari sumber air tersebut.



Tentu saja yang tak boleh tertinggal dari Ngawi adalah kota Ngawi itu sendiri. Ngawi memiliki keunikan tersendiri dibandingkan kota-kota lain di Jawa Timur. Kota ini terkenal rapi dan bersih. Banyak warga pendatang yang mengaku bahwa Ngawi memang lebih rapi dibanding kota-kota lainnya. Kota Ngawi memang didesain khusus. Kota Ngawi, walaupun terletak dijalur strategis, tidak dibangun di jalur strategis itu sendiri. Untuk masuk kota Ngawi, Anda musti mengenal istilah “masuk kota Ngawi” dulu. Memang di Ngawi terkenal dengan istilah “dalam kota” yang artinya “kota di dalam kota”. Kota Ngawi terletak di kecamatan kota Ngawi yang terdiri dari sembilan desa yaitu Banyuurip, Watualang, Mangunharjo, Kandangan, Beran, Jururejo, Karangtengah Prandon, Grudo, dan Ngawi Purba. Sedangkan kota Ngawi sendiri terdiri dari empat kelurahan yaitu kelurahan Pelem, kelurahan Ketanggi, kelurahan Margomulyo, dan kelurahan Karangtengah. Besarnya cakupan kecamatan Ngawi ini dan semakin berkembangnya wilayah kota Ngawi ini hingga ke Karangtengah Prandon, Beran, Jururejo, dan Grudo membuat wacana untuk membagi kecamatan Ngawi menjadi dua muncul. Kecamatan itu adalah kecamatan Ngawi dan kecamatan Ngawi Timur yang dipisahkan oleh bengawan Madiun, serta pengembangan kota sehingga menjadikan Karangtengah Prandon, Beran, Jururejo, dan Grudo sebagai kelurahan dan sebagai wilayah dari kota Ngawi.



Di kota Ngawi pula, Anda akan melihat pembedaan yang jelas mana wilayah “kota steril” dan wilayah “kota umum”. Di Ngawi pula terdapat pembedaan mana jalur sepeda, jalur cepat, atau jalur lambat. Begitu pula penegasan bahwa trotoar tidak boleh digunakan untuk berjualan terlihat jelas di sini, kecuali untuk wilayah-wilayah tertentu. Hal ini lah salah satu yang menjadi penyebab kota Ngawi bisa dibilang sangat rapi.
Ngawi memiliki bebrapa akses seperti terminal, stasiun, serta transportasi darat. Ngawi memiliki terminal Kertonegoro yang merupakan terminal tipe A terbesar kedua di Jawa Timur setelah terminal Purabaya Surabaya. Ngawi juga memiliki empat stasiun kereta api yaitu stasiun Paron, Kedunggalar, Walikukun, dan Geneng. Diantara keempat stasiun tersebut, stasiun Paron merupakan stasiun terdekat dari kota Ngawi yang hanya berjarak 6 km dari kota Ngawi atau 15 menit perjalanan motor.



Dari transportasi darat, Ngawi bisa dicapai dari berbagi arah baik dari utara, timur, selatan maupun barat. Hal ini disebabkan Ngawi memang berada di jalur strategis, terlebih Ngawi juga dilalui jaln Tol Trans Jawa dengan dua pintu yaitu pintu Tol Ngawi dan pintu Tol Mantingan. Tentu saja ini menjadikan akses ke Ngawi menjadi lebih mudah dan cepat.



Kota ngawi menarik untuk dikunjungi, wisata sejarah dan kuliner merupakan aspek yang paling menarik di kota Ngawi. Di ujung utara kota Ngawi terdapat bentang peninggalan Belanda yang bernama Benteng Van Den Bosch. Oleh masyarakat sekitar, benteng ini dinamai benteng Pendem (terpendam), hal ini karena letak benteng yang keliatan seperti terpendam oleh tanah di sekitarnya. Di benteng ini juga terdapat penjara jaman Belanda serta tempat pembantaian. Selain itu, di kawasan Pelem dan Ngawi Purba terdapat kompleks makam Belanda kuno dengan model batu nisan yang besar.



Di pusat kota, Anda bisa menikmati malam di Alun-alun kota yang merupakan Alun-alun terbesar di tanah Jawa. Alun-alun kota Ngawi memiliki nama asli Lapangan Merdeka. Di Alun-alun ini terdapat arena tenis, basket, sepak bola, futsal, joging trek, skater, play ground, taman air mancur serta hutan kota. Di Alun-alun ini pula terdapat jalan Merdeka dan Jalan Thamrin yang biasa digunakan “nongkrong” oleh muda-mudi Ngawi ataupun keluarga. Di sisi timur alun-alun juga terdapat kawasan kuliner yang kebanyakan menjual berbagai macam makanan-makanan tradisional seperti nasi pecel, wedang cemue, tahu tepo, es dawet, dan soto ayam. Selain itu, di Ngawi juga terdapat banyak restoran cepat saji yang bisa mnyajikan hidangan dengan cita rasa tersendiri, baik makanan ala Indonesia, Cina, atau Eropa.
Jadi, kapan lagi Anda ke Ngawi?!








blog campur aduk gue
By bagus aji

0 komentar:


Free Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Bridal Dresses. Powered by Blogger